Fenomena pendidikan saat ini sedang caruk marut. Kasus dan peristiwa mewarnai kisah lembaran pendidikan di Indonesia yang menorehkan tinta merah menjadi catatan kelam sejarah. Berbagai kekecewaan yang diungkapkan oleh orang tua, siswa, pemerintah, membuat guru semakin semakin resah. Berbagai peristiwa yang terjadi, selalu berujung guru sebagai pihak yang bersalah. Sungguh kondisi ini membuat para guru menjadi semakin gelisah. Bahkan seorang komika yang dikenal dengan sebutan Bintang Emon menjadikan sebuah bahan materi dalam lawakannya, bahwa profesi guru itu adalah profesi yang penting dan mulia, namun gajinya setengah cash setengahnya apresiasi. Dilanjutkan dalam lawakannya bahwa guru itu ibarat genre termasuk film horor yang langsung terbayang kisah yang menyeramkan dan menakutkan. Isinya petarung yang selalu bertarung. Lebih gede tanggung jawabnya dari pada gajinya. Bahkan ia menganalogikan pekerjaan guru tak pernah habis dan selesai karena terlalu banyaknya, seolah-seolah seperti orang yang bekerja bergaji Rp. 80 juta sebulan. Menontonnya lucu, tetapi tersirat ada kesedihan yang mendalam. Sungguh profesi yang jauh dari idaman, padahal banyak keberkahan dan kemuliaan. Sebuah pilihan profesi yang terakhir ketika tak ada pilihan. Cuitan yang dilontarkan oleh komika tersebut pada kondisi sekarang memang semakin terlihat nyata. Betapa berat tugas dan tanggung jawabnya. Tuntutan dan harapan yang digantungkanya teramat berat dan tak terhingga. Menginginkan guru menjadi pendar cahaya di pekatnya gulita. Menjadi rinai hujan di tengah teriknya matahari yang menghapus dahaga.

Seorang guru mempunyai peranan yang teramat besar untuk menjadikan negara ini berjaya melalui jalur pendidikan. Menuntut adanya peningkatan mutu pendidikan tapi setiap langkahnya dipersalahkan. Sorotan dan ujaran negatif tak segan dilontarkan. Kondisi ini semakin menyudutkan guru ketika pemerintah pun belum dapat memayungi profesi guru dari derasnya rintik-rintik permasalahan yang memojokkan guru seperti seorang pesakitan. Guru dianggap beban negara, guru mendisiplinkan siswa dianggap menganiaya. Bila demikian, apakah mungkin pendidikan bermutu dapat kita wujudkan? Lalu untuk menjadikan Indonesia kuat apakah hanya impian?
Terwujudnya pendidikan yang bermutu tinggi, tentulah harapan semua orang. Prosesnya tidaklah semudah membalikkan telur dadar di penggorengan. Berbagai pihak punya peranan, namun yang terjadi, lagi-lagi hanya guru yang menjadi sorotan. bila kondisinya masih seperti ini, akan sangat sulit mutu pendidikan akan mengalami peningkatan, yang terjadi bahkan penurunan dan kekecewaan. Kondisi ini bukanlah yang kita inginkan.
Al Qur’an sebagai pedoman umat Islam menjelaskan bahwa orang tua lah yang memegang peranan utama dalam mendidik anak-anaknya agar terhindar dari api neraka seperti yang tersirat dalam surat At Tahrim ayat 6. Pada suatu hadits dikatakan bahwa seorang ibu adalah madrasah/sekolahnya pertama bagi anak-anaknya. Namun karena keterbatasan waktu dan kemampuan, akhirnya orang tua melimpahkan sebagian tanggung jawabnya ke sekolah untuk membantunya dalam menjalankan peranannya. Berarti, orang tua seharusnya bekerja sama dan saling percaya dengan lembaga pendidikan dan guru. Bukan menuntut ataupun mempersalahkan sekolah ataupun guru ketika terjadi permasalahan. Proses pendidikan dirumah, harus seiring sejalan, dengan program yang sekolah terapkan. Memberikan keteladanan, bimbingan untuk melatih kemandirian, mengembangkan kepribadian dan mendidik akhlaq. Bila hal ini dilakukan orang tua di rumah, terjalin sinergi yang menjadi kekuatan untuk meningkatkan mutu pendidikan yang signifikan.
Ketika orang tua memilih sebuah lembaga pendidikan, tentu lah tidak sembarangan dan penuh pertimbangan. Mereka berusaha untuk mencari sekolah unggul dan bermutu. Tidak hanya unggul dalam hal prestasi siswa dalam akademik, tetapi juga unggul dalam bidang non akademik dan tentu saja yang utama adalah karakter dan akhlak. Untuk bisa mewujudkan itu semua, seperti yang diungkapkan oleh Bapak Isep Juanda sebagai Pembina Yayasan Al Muslim ketika menyampaikan kata sambutan dalam sebuah pelatihan di Yayasan Al Muslim, “ bahwa setiap sekolah harus memiliki modal utama untuk menjadi sekolah unggul yaitu kemampuan daya saing”. Lembaga pendidikan sebagai penyelenggara kegiatan pendidikan, harus dapat menciptakan sistem dan lingkungan yang kondusif dan nyaman. Tidak hanya secara fasilitas, tetapi secara sistem, kebijakan dan program-program yang mengarah pada satu tujuan, yaitu terwujudnya pendidikan yang bermutu. Lembaga juga harus dapat memberdayakan guru sebagai tokoh utama untuk dapat berperan menjadi guru yang memilki kualifikasi dan daya saing dalam berbagai aspek sehingga senantiasa berbenah untuk menjadi lembaga pendidikan yang banyak keunggulan, sehingga dapat memenangkan persaingan dalam kompetisi meningkatkan mutu pendidikan.
Guru sebagai tenaga kependidikan adalah ujung tombak yang berinteraksi langsung dalam penyelenggaraan pembelajaran. Peranannya sangat menentukan dalam meningkatkan mutu pendidikan. Tanamkan pikiran positif selalu semangat meningkatkan diri senantiasa dinamis, berproses dan mengikuti zaman yang tak henti bertranformasi. Termotivasi selalu meningkatkan kompetensi profesional dan sosial dengan mengikuti berbagai pelatihan yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas kita dalam mengajar dan menjalankan tanggung jawab. Tak cukup pada keterampilan teknis seperti keterampilan digital, membuat perangkat dan media pembelajaran, tetapi perlu juga keterampilan lainnya seperti meningkatkan kemampuan dalam hal berkomunikasi, psikologis dan perkembangan anak, problem solving, pendidikan karakter, dan lain-lain. Hal ini sangat penting agar interaksi dalam pembelajaran tercipta kenyamanan, kedekatan dan kehangatan. Sehingga terjalin kesepahaman dan sinergi yang kuat antara guru, siswa dan orang tua. Kegiatan pembelajaran pun akan lebih bermakna dan mendalam. Kobarkan nurani dan tekad dalam genggaman, bahwa guru dapat menghidupkan kembali untuk mendapatkan kewibawaan dan kepercayaan dari pemerintah dan masyarakat, bahwa guru teramat sangat diperlukan.
Guru pun harus memiliki motivasi yang kuat untuk menjalin jaringan serta aktif dalam komunitas dan berbagai organisasi yang menunjang profesionalitas tugasnya sebagai guru. Hal ini penting untuk memperkuat dalam berbagi ilmu serta pengalaman dengan berbagai lembaga, agar kita selalu belajar dan berusaha meningkatkan lembaga kita selalu lebih baik. Guru yang sudah memilih profesi ini, janganlah gentar. Ujaran, hujatan, kecaman yang dilontarkan masyarakat terhadap guru, jadikan sebagai motivasi untuk menjadikan guru semakin pintar dan bersabar. Tunjukkan bahwa kita tegar, dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan ikhlas dan jiwa besar. Tanamkan tekad untuk menjadi guru sejati yang memiliki mental yang kuat dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Jadilah guru hebat yang dapat merangkul berbagai pihak yang terlibat, untuk membangun sinergi yang dahsyat, sehingga terjalin kerjasama untuk mensasar satu tujuan mewujudkan Indonesia kuat.

