Pagi itu suasana di Aula Khalid bin Walid sekolah kami, SD Al Muslim terasa sangat hangat dan penuh semangat. Saya, Ibu Firda Rahma Fajriana sudah tiba lebih awal untuk pengkondisian anak-anak. Spanduk dengan tema “Senyum Ceria di Lingkungan Hijau” tergantung rapi di dinding dan suara gemerisik langkah kaki kecil mulai terdengar ketika anak-anak datang ke Aula satu per satu. Saya menyambut mereka dengan senyum, mengajak mereka duduk rapi sambil menyanyikan lagu pembuka ringan agar suasana menjadi tenang dan tertib. Tepuk semangat dan tepuk fokus pun kami lakukan bersama sebagai tanda bahwa kegiatan akan segera dimulai.
Setelah semua anak duduk dengan antusias, acara pembukaan resmi dimulai. Kepala sekolah kami Ibu Sri Andriani, S.H., M.Pd., memberikan sambutan hangat. Beliau menyampaikan bahwa hari ini bukan hanya sekadar hari bermain, melainkan hari untuk belajar menjadi pemimpin kecil yang peduli. Peduli terhadap senyum kita sendiri, peduli terhadap kesehatan gigi, dan peduli terhadap lingkungan hijau di sekitar kita. Beliau mengajak anak-anak untuk menunjukkan senyum ceria mereka dan untuk menjaga lingkungan sekolah sebagai rumah kedua mereka. Sambutan Ibu Kepala Sekolah membuat anak-anak makin bersemangat.
Selanjutnya, kami menyambut guru tamu kami yang istimewa, yaitu Drg. Ricka Agustina dokter gigi sekaligus wali murid di sekolah kami. Anak-anak menyambut beliau dengan tepuk tangan riuh. Ibu dokter memulai dengan menjelaskan pentingnya menjaga kesehatan gigi. Ibu dokter berkata bahwa gigi yang sehat membantu kita makan dengan baik, bicara dengan jelas, dan tentu saja tersenyum dengan percaya diri. Penelitian menunjukkan bahwa kesehatan mulut pada anak sangat penting karena berpengaruh terhadap kemampuan makan, bicara, dan senyum mereka. Ibu dokter dengan ramah menunjukkan model gigi besar dan sikat gigi, lalu mengajak anak-anak memperhatikan bagaimana cara sikat gigi dengan benar. Anak-anak mendengarkan dengan mata berbinar, beberapa menyentuh model gigi dengan penuh rasa ingin tahu.

Kemudian Ibu dokter memeriksa gigi anak-anak satu per satu. Saya dampingi anak-anak agar mereka merasa nyaman. Ketika giliran satu anak kecil, ia sedikit deg-deg namun senyum lebar muncul ketika Ibu dokter mengatakan: “Bagus sekali, gigi kamu bersih terus ya sikat dengan rutin.” Saya merasa bangga melihat mereka mendapatkan perhatian pribadi seperti itu. Pemeriksaan ini penting karena, seperti yang dijelaskan dalam sumber, pemeriksaan dini dapat mencegah kerusakan gigi dan menumbuhkan kebiasaan baik sejak kecil.
Setelah pemeriksaan selesai, tiba saatnya anak-anak praktek menyikat gigi. Ibu dokter memberi contoh gerakan: mulai dari gigi depan, lanjut ke bagian dalam, lanjut ke bagian kunyah, menggunakan gerakan memutar kecil. Anak-anak memegang sikat gigi yang disediakan sekolah, bersama dengan pasta gigi kecil, dan saya mendampingi setiap kelas untuk membantu jika ada yang ragu. Suara “gosok, gosok” dan gelak tawa kecil terdengar ketika beberapa anak mencoba gerakan dengan serius namun lucu. “Ayo, gulirkan sikat ke belakang,” saya menuntun sambil tersenyum. Gerakan-gerakan itu bukan hanya latihan fisik, tetapi juga pembentukan kebiasaan. Selesai praktek, kami berfoto bersama Ibu dokter di depan spanduk bergaya “Senyum Ceria di Lingkungan yang Hijau”. Anak-anak mengelilingi Ibu dokter, sebagian memegang sikat gigi, sebagian mengacungkan jempol, semua dengan senyum lebar. Momen itu saya abadikan sebagai kenangan manis bagi mereka, guru, dan sekolah.

Setelah foto bersama, kami beri waktu istirahat sejenak. Anak-anak makan bekal di kelas lalu istirahat sambil berbicara dengan teman menikmati udara kelas yang sejuk. Saya memantau dari dekat sambil mengajak mereka untuk tetap menjaga kebersihan dan juga memberi petuah bahwa “Ingat, nanti kita masih ada kegiatan menanam bibit, jadi simpan energi ya!”.
Kemudian saat yang ditunggu-tunggu tiba. Kami beranjak ke halaman depan sekolah untuk menanam bibit cabai dan terong secara berkelompok. Tema lingkungan hijau benar-benar terasa. Saya membagi anak-anak ke dalam kelompok lima atau enam orang, masing-masing memegang pot, media tanam, bibit cabai atau terong, dan sekop kecil. Instruksi saya sederhana: “Lubangi tanah sedikit, masukkan bibit dengan hati-hati, tutup dengan tanah, lalu siram.” Anak-anak dengan antusias menggali tanah, memasukkan bibit, dan menyiram tanaman. Ada tawa ringan ketika tanah menempel di tangan mereka, atau ketika bibit miring dan butuh bantuan guru. Saya membantu mereka sambil berkata: “Bagus sekali, teman-teman! Bibitmu sudah di tanah, nanti kita siram bersama setiap hari.” Aktivitas ini tidak sekadar menanam tetapi aktivitas menanam di sekolah bertujuan untuk meningkatkan kesadaran lingkungan, keterlibatan siswa, dan kesejahteraan mereka.

Waktu istirahat sholat dan makan siang telah tiba. Anak-anak bergerak ke kelas sholat Bersama lalu beranjak ke kantin, menata diri, lalu menikmati makan siang, berbicara dengan teman sambil menunjukkan bibit yang baru ditanam dan sikat gigi yang mereka dapatkan. Saya duduk bersama, mendengarkan cerita mereka tentang bibit, tentang gigi mereka yang “bersih sekarang” dan bagaimana mereka akan menyikat gigi malam ini.
Setelah ishoma, kegiatan fun games dimulai. Anak-anak dibagi lagi ke kelompok-kelompok dan mengikuti berbagai macam lomba seperti lomba gelas laba-laba, estafet karet gelang, dan estafet bola keranjang kecil. Saya bersama guru-lain memantau tiap rute lomba dan memberi semangat. Pada lomba gelas laba-laba, anak-anak berjalan perlahat sambil membawa gelas yang dibawa menggunakan karet yang diikat oleh tali. Tawa meledak ketika tali terputus, namun semangat mereka tetap tinggi. Estafet karet gelang membuat mereka berlomba melempar karet ke target lalu lari ke teman. Suara “ayo!” dan tepuk tangan terdengar meriah. Estafet bola keranjang menguji ketangkasan bola kecil yang harus dilempar ke keranjang mini, sambil tim lain menyemangati. Semangat dan kerja sama mereka sungguh menghangatkan hati saya sebagai guru.
Setelah semua lomba selesai, kami membagikan hadiah dan snack penutup. Saya melihat wajah-wajah ceria ketika pemenang diumumkan dan hadiah kecil diberikan. Akhirnya, kegiatan selesai dengan sholat ashar bersama dan persiapan pulang. Anak-anak berbaris dengan rapi, membawa sikat gigi mereka, dan beberapa menghentikan langkah sebentar untuk melihat bibit yang mereka tanam di halaman. Saya menyapa mereka satu-persatu sebelum mereka meninggalkan sekolah, sambil berkata: “Besok kita siram bersama, ya. Dan jangan lupa sikat gigi dengan benar sebelum tidur.”
Hari itu saya pulang dengan senyum lebar. Sebagai guru Kelas 1 di SD Al Muslim, saya merasa bangga bahwa melalui tema “Senyum Ceria di Lingkungan Hijau” anak-anak tidak hanya belajar menjaga gigi tetapi juga belajar peduli terhadap lingkungan, bekerja sama, dan menebar senyum yang tulus. Semoga kebiasaan baik hari ini akan terus tumbuh bersama mereka.