
Aktivitas pembelajaran Leadership Kelas XI dan XII adalah praktik/latihan untuk menulis dan berbicara yang baik. Praktik ini merupakan lanjutan dari pembelajaran keterampilan komunikasi mata pelajaran Leadership dengan tema pembahasan “Pembaca, Penulis, Pembicara, Pendengar, dan Bahasa Tubuh” dalam komunikasi.
Rangkaian/tahap awal pembelajaran Komunikasi ini adalah:
- Pembentukan kelompok dan penentuan pembahasan untuk tiap kelompok.
- Siswa bersama kelompoknya membaca beberapa sumber materi yang guru rekomendasikan sesuai dengan tema pembahasan.
- Siswa saling bertukar informasi dengan anggota kelompoknya dari hasil membacanya.
- Siswa bersama kelompoknya berdiskusi untuk menentukan materi apa yang akan dituangkan ke dalam kertas pleno.
- Siswa bersama kelompoknya menuliskan hasil diskusi kelompok ke kertas pleno.
- Kegiatan Galeri Wacana (Gallery Walk), di mana seluruh siswa/kelompok akan secara bersama mengunjungi galeri kelompok sesuai dengan urutan yang disepakati.
- Kelompok yang dikunjungi wajib menjelaskan/berpresentasi.
- Siswa yang berkunjung wajib mempraktikkan menjadi pendengar yang baik dan diberikan kesempatan untuk bertanya.
- Refleksi atas kegiatan pembelajaran tahap awal.
- Informasi penugasan individu/praktik pidato.
- Penyampaian materi tentang struktur pidato.
Setelah refleksi dilakukan pada pertemuan sebelumnya, hari ini adalah tahap praktik. Apa saja yang dilakukan dan bagaimana refleksi dari kegiatan belajar Leadeship kali ini.
Saya membuka pembelajaran seperti biasa: salam, presensi, dan apersepsi tentang struktur pidato, kemudian dilanjut dengan penyampaian aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan.
Kali ini, siswa akan membuat naskah pembukaan pidato secara mandiri dan tulis tangan, tanpa bantuan gawai.
Sebelum mereka menulis naskah, mereka diberikan waktu lima belas menit untuk membaca beberapa contoh pembukaan pidato dari berbagai sumber. Setelah itu, saya mempersilakan tablet untuk disimpan. Yang tersedia di meja adalah pulpen dan kertas yang diberikan guru. Saya mempersilakan siswa untuk duduk dengan posisi yang baik. Hal ini dalam rangka mempraktikkan cara membaca yang baik.
Selama tiga puluh menit, siswa menulis naskah pembukaan secara mandiri dan tulis tangan.
Melihat aktivitas mereka, ini seperti “Back to Paper”. Saya memilih cara seperti ini dalam rangka memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghasilkan karya yang orisinal, tidak menggunakan gawai dalam membuat naskah pidato. Gawai mereka gunakan sebagai alat untuk mencari informasi tentang hal-hal yang mereka butuhkan dalam membuat naskah pidato, seperti contoh pidato, contoh naskah pidato, dan sumber materi yang terkait dengan isi pidato. Selebihnya, mereka merancang dan menuliskan pidato secara manual dengan tulisan tangan.
Selama aktivitas menulis naskah pembukaan, ada yang mengeluh pegal tangannya, ada yang mencari tipe-X, ada yang bingung menulis apa, ada yang menyampaikan bahwa tulisan mereka jelek, bahkan ada yang mengatakan, “Saya sudah satu tahun tidak menulis seperti ini, Bu.”
Bimbingan tetap saya lakukan dalam proses ini, siswa yang ingin bertanya dipersilakan. Sampai pada waktu penulisan naskah selesai, refleksi atas aktivitas belajar saya lakukan.
Sebelum mengakhiri pembelajaran, saya melakukan refleksi atas aktivitas pembelajaran dengan menanyakan “Pengalaman apa yang kalian dapatkan dalam aktivitas pembelajaran kali ini?” Secara bergantian, mereka menjelaskan bahwa:
- Mereka jadi tahu hal-hal yang terdapat pada pembukaan pidato.
- Mereka belajar menulis/menyusun naskah pidato sendiri.
- Mereka belajar mengoneksikan pikiran mereka dengan tangan.
- Mereka belajar menyusun kalimat dan belajar menggunakan Bahasa Indonesia yang baku dan benar.
- Hari ini pertama kali mereka menulis langsung setelah satu tahun yang lalu.
Meski proses pembelajaran hari ini kembali menggunakan cara konvensional, yakni menulis dengan tangan, bukan berarti penggunaan gawai tidak diperlukan. Gawai yang ada adalah fasilitas atau bahan yang digunakan siswa untuk menambah informasi/bahan-bahan yang diperlukan dalam aktivitas belajar.
Proses pembelajaran yang menggunakan buku tulis dan menulis manual bukan berarti ketinggalan zaman atau tidak memanfaatkan teknologi. Namun, hal ini dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan keterampilan lunak (soft skill) siswa dalam menarik kesimpulan, menganalisis, menuliskan kembali, menyusun kata, dan merangkum, tanpa bantuan aplikasi yang secara instan memberikan hasil yang siswa butuhkan tanpa proses mandiri yang dilakukan siswa.
Intinya, pembelajaran berbasis tulisan tangan dapat juga bersanding dengan teknologi, dan esensi keterampilan 4C serta deep learning terpenuhi.