“Pembelajaran Analisis SWOT untuk Membangun Pola Pikir Kritis”

Bagaimana cara untuk benar-benar mengetahui kekuatan dan kelemahan diri kita ketika kita sendiri tidak begitu yakin?

Apakah yang kita anggap sebagai kekuatan dan kelemahan itu benar adanya, atau sebenarnya hanya hasil dari persepsi yang dibentuk oleh pikiran kita semata?

Lalu, bagaimana cara menggunakan hasil analisis SWOT untuk menyusun strategi yang efektif bagi masa depan, baik dalam dunia bisnis maupun dalam pencapaian tujuan pribadi lainnya?

Mengapa terkadang ancaman justru lebih memotivasi dibandingkan peluang?

Selain itu, bagaimana analisis SWOT dapat membantu siswa dalam merencanakan karier atau studi lanjutnya?

Bagaimana pula cara agar kita dapat jujur pada diri sendiri saat melakukan analisis SWOT?

Bagaimana cara mengubah kelemahan yang ditemukan dalam analisis SWOT menjadi peluang untuk pengembangan diri?

Bagaimana jika setelah melakukan refleksi diri melalui analisis SWOT, seseorang masih belum menemukan minat atau passion yang sebenarnya?

Pertanyaan-pertanyaan di atas menurut saya merupakan bukti munculnya keterampilan berpikir kritis. Pertanyaan tersebut disampaikan oleh beberapa siswa kelas XII SMK Al Muslim dalam pembelajaran Leadership dengan tema “Analisis SWOT”.

Dalam pembelajaran materi Analisis SWOT, fokusnya tidak hanya pada kemampuan menganalisis diri sendiri untuk menemukan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi, tetapi juga pada pengembangan keterampilan berpikir kritis melalui kegiatan membaca, menulis, berpendapat, dan bertanya.

Sebelum siswa melakukan analisis terhadap dirinya sendiri, mereka perlu menyadari pentingnya materi ini serta memahami alasan mengapa Analisis SWOT diajarkan. Dengan demikian, pembelajaran yang bermakna dapat terwujud dan memberikan dampak positif bagi perkembangan diri mereka, baik di masa kini maupun di masa depan.

Bagi saya, pembelajaran bukan sekadar tentang penyampaian materi atau pencapaian ketuntasan belajar. Lebih dari itu, saya ingin setiap proses pembelajaran menjadi pengalaman yang bermakna bagi siswa, sehingga mereka dapat menumbuhkan pola pikir yang berkembang (growth mindset).

Menurut saya, berpikir kritis sebagai salah satu bentuk pola piker yang berkembang, mengembangkan kemampuan berpikir kritis  siswa dapat dilakukan melalui hal-hal yang sederhana dan tidak selalu harus melalui pemberian tugas tertulis yang harus mereka selesaikan. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpendapat, menyampaikan argumen, atau mengajukan pertanyaan juga dapat menjadi salah satu alternatif yang efektif dalam menumbuhkan keterampilan berpikir kritis mereka.

Namun, menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis tentu tidaklah mudah. Proses ini membutuhkan waktu, kesabaran, serta pembiasaan yang berkelanjutan. Di era kemajuan teknologi dan perkembangan kecerdasan buatan yang begitu pesat, tantangan justru semakin besar. Ketika kecerdasan teknologi tidak diimbangi dengan kecerdasan emosional dan mental, hal ini dapat mengurung pola pikir dan daya nalar kita. Akibatnya, seseorang bisa menjadi terlalu bergantung pada teknologi, hingga kesimpulan, pendapat, bahkan pertanyaan pun diserahkan sepenuhnya kepada kecerdasan buatan.

Meskipun demikian, bukan berarti tidak ada peluang bagi kita untuk terus menumbuhkembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Hanya saja, diperlukan cara dan strategi pembelajaran yang memberikan ruang bagi siswa untuk menalar dan berpikir secara mandiri. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan membatasi penggunaan kecerdasan buatan untuk sementara waktu dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain, perlu ada momen khusus di mana siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi, mengemukakan pendapat, dan mengajukan pertanyaan secara langsung—tanpa bantuan gawai atau teknologi apa pun.

Melalui cara inilah, siswa dapat belajar untuk benar-benar menggunakan kemampuan berpikirnya sendiri, melatih logika, serta menumbuhkan rasa percaya diri dalam menyampaikan ide dan gagasan secara mandiri.

Sebagai bagian akhir dari tulisan ini, saya berharap para pembaca berkenan memberikan pendapat, opini, atau jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah disampaikan di atas. Masukan dari para pembaca tentunya akan sangat berarti dan akan saya teruskan kepada para siswa yang telah mengajukan pertanyaan-pertanyaan tersebut. Dengan demikian, mereka tidak hanya memperoleh jawaban dari saya sebagai pendidik, tetapi juga mendapatkan sudut pandang yang lebih luas dari berbagai pengalaman dan pemikiran orang lain.

Ita Anggraini

Sabtu, 04 Oktober 2025

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *