Sebelum kita lahir, setiap jiwa manusia telah membuat sebuah perjanjian besar dan mendasar yang dikenal sebagai Janji Kesaksian di Alam Azali (Mītsāq). Perjanjian ini tercatat dalam Al-Qur’an (QS. Al-A’raf: 172), di mana Allah bertanya kepada seluruh keturunan Adam, “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” dan semua jiwa serentak menjawab, “Benar (Engkau adalah Tuhan kami), kami bersaksi.”
وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْٓ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا ۛاَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِيْنَۙ ١٧٢ ( الاعراف/7: 172)
Artinya : “ (Ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari tulang punggung anak cucu Adam, keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksiannya terhadap diri mereka sendiri (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami melakukannya) agar pada hari Kiamat kamu (tidak) mengatakan, “Sesungguhnya kami lengah terhadap hal ini,” (Al-A’raf/7:172)
Janji atau Ikrar ini merupakan inti dari fitrah, yaitu kecenderungan alami manusia untuk beriman dan tunduk pada kebenaran. Tujuan dari pengambilan Janji Kesaksian ini sangat jelas, agar di Hari Kiamat nanti, tidak ada yang bisa beralasan bahwa mereka lupa atau tidak pernah diingatkan tentang keesaan Allah. Setiap hari sebelum memulai pembelajaran pertama SD Al Muslim dipenuhi dengan lantunan janji yang serentak. Inilah sesi ikrar, sebuah ritual harian yang melampaui sekadar hafalan. Dari ruang kelas pada hari Rabu, hingga Aula Khalid Bin Walid pada Senin, Selasa dan Kamis, dan berpuncak di halaman dalam pada Jumat pagi, lantunan janji ini menjadi Mītsāq harian kami. Kegiatan ini adalah manifestasi nyata dari “Partisipasi Semesta Mewujudkan Pendidikan Berkualitas Untuk Semua”, di mana dimensi spiritual, moral, dan akademis berpadu menjadi satu kurikulum tersembunyi yang kuat.
Inti dari Ikrar di SD Al Muslim ini adalah jembatan sempurna antara ikrar spiritual kita di alam arwah dengan tugas kita di dunia. Baris-baris awal ikrar, yang dimulai dengan “Asyhadu allaa ilaaha ilaallah” dan “Waasyhadu anna Muhammadar Rasulullah”, adalah pengulangan Syahadat, pengakuan fundamental atas keberadaan Allah dan kerasulan Nabi Muhammad. Ini adalah refleksi langsung dari Mītsāq, di mana setiap ruh telah bersaksi dan berikrar untuk bertauhid, jauh sebelum dilahirkan. Ikrar di SD Al Muslim, dengan tegas menjadikan ikrar ketuhanan ini sebagai dasar dari seluruh proses pembelajaran. Ketika siswa melafalkan “Rodhiitu billaahi Robba, Wa bil Islaamidiina”, mereka sedang menegaskan kerelaan ber-Tuhan dan ber-Islam yaitu sebuah komitmen yang mengikat hati para peserta didik dan pendidik. Inilah kualitas isi pendidikan mendalam yang berakar pada keteguhan ikrar spiritual.
Setelah menegaskan ikrar kepada Allah, Islam, Rasulullah, dan Al-Qur’an, ikrar pagi beranjak pada komitmen praktis yang krusial yaitu pada kalimat “Kun ‘aaliman wa la takun jaahilan, Jadi anak pandai jangan jadi anak bodoh”. Ini adalah janji untuk melawan kebodohan, sejalan dengan visi Al-Qur’an sebagai “Imaamaw wa hukman” (Pemimpin dan Hukum). Baris ini secara eksplisit mengikat janji iman dengan tanggung jawab intelektual. Kemudian, janji ini disempurnakan dengan filosofi etos kerja yakni “Man jadda wa jadda, Siapa yang giat pasti berhasil”. Filosofi ini mengajarkan bahwa menepati ikrar untuk menjadi pandai (Partisipasi Semesta) hanya bisa dicapai melalui kegigihan, sejalan dengan semangat perjuangan yang ditekankan dalam yel-yel penutup.
Sistematisasi pelaksanaan ikrar yang berbeda tempat dan hari menjadi bukti logis dan runtut (Struktur & Sistematika) dari upaya sekolah menanamkan ikrar ini secara komprehensif. Wali kelas pada hari rabu memastikan sentuhan personal (kedalaman). Dhuha (Senin) dan Tadarus (Selasa & Kamis) di Aula Khalid Bin Walid menegaskan dimensi religius dan kebersamaan di halaman SD (Jumat) melambangkan persatuan (“Wa bil mu’miina ikhwaana” – Saya rela bersaudara dengan orang-orang yang beriman). Guru tidak hanya mengawasi, tetapi menjadi saksi hidup yang juga terikat oleh ikrar tersebut.
Penutupan ikrar dengan yel-yel energik (“Don’t be afraid Islam always be the best”) menunjukkan penggunaan kata dan kalimat efektif (Gaya Bahasa & Ketepatan Isi) yang disesuaikan dengan kondisi psikologi anak SD. Ini adalah sinematografi verbal yang menciptakan semangat optimistis. Partisipasi semesta dalam konteks ikrar ini mencakup partisipasi spiritual (Ikrar kepada Allah), partisipasi sosial (Ikrar persaudaraan), dan partisipasi akademis (Ikrar untuk giat dan pandai). Dengan demikian, Ikrar pagi adalah esensi dari upaya SD Al Muslim khususnya dan umumnya Yayasan Al Muslim untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas, menciptakan individu yang teguh imannya, tinggi ilmunya, dan kuat karakternya, selaras dengan ikrar yang diukir sebelum fajar dunia tiba.