Matematika sering dianggap sebagai pelajaran yang menakutkan. Tidak sedikit siswa yang merasa canggung, bahkan enggan berhadapan dengan angka, pecahan, dan operasi bilangan. Namun, bagi saya, justru di situlah letak tantangannya. Bagaimana mengubah ketakutan menjadi ketertarikan, dan mengubah kesulitan menjadi rasa ingin tahu yang menyenangkan.
Sebagai guru, saya percaya bahwa pembelajaran yang bermutu bukan hanya tentang hasil akhir, tetapi juga tentang proses yang menumbuhkan rasa cinta terhadap ilmu pengetahuan. Di era digital seperti sekarang, tantangan pembelajaran matematika semakin kompleks. Anak-anak tumbuh dalam dunia yang serba cepat, serba visual, dan serba digital. Perhatian mereka mudah berpindah, minat belajar cepat naik turun, dan kompetisi antar-distraction di layar gawai tidak mudah ditandingi oleh papan tulis di kelas.
Namun, justru di sinilah partisipasi semesta dalam pendidikan menjadi penting. Guru, orang tua, sekolah, teknologi, bahkan lingkungan sosial harus bersinergi menciptakan ruang belajar yang kreatif dan bermakna. Saya sendiri memulai langkah kecil dalam semesta itu dengan mencoba menghadirkan inovasi media pembelajaran matematika yang sederhana namun efektif.
Puzzle Pecahan: Menyatukan Potongan Pemahaman
Tahun 2018, saya menciptakan media belajar bernama Puzzle Pecahan — alat bantu sederhana yang dirancang untuk meningkatkan minat siswa dalam mempelajari konsep pecahan. Melalui media ini, siswa tidak hanya menghafal bentuk pecahan, tetapi juga bermain sambil memahami maknanya. Dari kegiatan menyusun kepingan-kepingan pecahan menjadi satu kesatuan utuh, mereka belajar tentang nilai, perbandingan, dan representasi visual pecahan.
Media ini kemudian saya kembangkan menjadi buku tunggal berjudul “Memecahkan Masalah Pecahan”, yang terbit pada tahun 2018. Buku tersebut menjadi wujud nyata dari upaya kecil saya dalam menghadirkan pembelajaran yang menyenangkan, berbasis pengalaman konkret, dan tetap relevan dengan konteks anak-anak sekolah dasar.

Keping Biru Merah: Menyentuh Konsep Bilangan Bulat Secara Visual
Tidak berhenti di situ, pada tahun 2020 saya mengembangkan media pembelajaran kedua bernama Keping Biru Merah. Media ini membantu siswa memahami konsep bilangan bulat melalui visualisasi dan permainan. Warna biru melambangkan bilangan positif, sedangkan merah melambangkan bilangan negatif. Dengan memanipulasi kepingan ini, siswa dapat mempelajari operasi bilangan bulat secara konkret sebelum beralih ke tahap simbolik.
Media ini juga saya dokumentasikan dalam buku tunggal “Belajar Bilangan Bulat Secara Menyenangkan” yang terbit pada tahun yang sama. Buku ini bukan hanya panduan penggunaan media, tetapi juga refleksi dari perjalanan seorang guru dalam mencari cara terbaik agar matematika menjadi sahabat bagi anak-anak.

Era Digital dan Transformasi Peran Guru
Kini, di tengah derasnya arus teknologi, saya menyadari bahwa media konkret seperti puzzle pecahan dan keping biru merah perlu bersinergi dengan inovasi digital. Saya mulai mengadaptasi keduanya dalam bentuk aplikasi sederhana dan video pembelajaran interaktif, agar tetap relevan dengan kebiasaan belajar siswa masa kini.
Guru tidak bisa lagi berdiri sebagai satu-satunya sumber ilmu. Di era digital, peran guru bergeser menjadi fasilitator, inspirator, dan pendamping proses belajar yang personal. Teknologi bukan untuk menggantikan guru, melainkan memperluas jangkauan kreativitas guru dalam menghadirkan pembelajaran bermutu.
Partisipasi Semesta dalam Pendidikan Bermutu
Tema “Partisipasi Semesta Mewujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua” menjadi pengingat bahwa keberhasilan pendidikan bukan tanggung jawab guru semata. Butuh dukungan sekolah yang menyediakan ruang untuk bereksperimen, dukungan orang tua yang menumbuhkan semangat belajar di rumah, serta dukungan teknologi yang digunakan dengan bijak.
Dalam setiap langkah kecil inovasi, saya percaya semesta pendidikan bekerja bersama. Ketika guru mencipta, siswa bereksplorasi, dan masyarakat mendukung, maka pendidikan bermutu bukan lagi mimpi melainkan keniscayaan yang dapat diwujudkan bersama.
Menjadi guru matematika di era digital bukan perkara mudah, namun penuh peluang. Tantangan yang datang justru memacu saya untuk terus berinovasi, menulis, dan mencipta. Melalui media sederhana dan semangat kolaboratif, saya ingin terus menjadi bagian dari semesta yang berpartisipasi mewujudkan pendidikan bermutu untuk semua.