Revolusi industri pertama kali muncul di inggris sekitar tahun 1760 – 1840 yang ditandai dengan muncul mesin uap yang diciptakan oleh James Watt, seorang kimiawan yang berasal dari Skotlandia, Britania Raya. Sejak saat itu revolusi industri mulai berkembang dari Revolusi Industri 1.0 (pertengahan abad 19), Revolusi Industri 2.0 (awal abad 20), revolusi industri 3.0 (akhir abad 20) dan hingga saat ini sudah mulai masa revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan penyebaran data yang semakin masif, koneksi internet yang semakin cepat dan kemudahan untuk mendapatkan informasi dari berbagai sumber. Meningkatnya perkembangan teknologi (globalisasi atau revolusi industri 4.0) membuat berbagai elemen harus berbenah dan beradaptasi, mulai dari Ekonomi, sosial bahkan menyasar ke dunia pendidikan. Transformasi besar dalam dunia pendidikan ini menuntut Guru dan Tenaga Pendidik (GTK) mampu beradaptasi dengan teknologi ketika pembelajaran, terutama untuk menyiapkan generasi emas 2045 yang tidak hanya cerdas secara kognitif, tetapi juga harus memiliki keterampilan abad 21 seperti berpikir kritis, kreatif, kolaboratif dan tentunya cakap digital.
Untuk menghadapi tantangan yang cukup berat ini, fokus utama perubahan terletak pada peran strategis Guru dan tenaga pendidik. Guru tidak lagi menjadi pusat pembelajaran seperti yang dulu, tapi guru harus bertransformasi menjadi fasilitator, mendesain pengalaman belajar dan juga membuat konten digital berupa pembelajaran yang menarik. Kualitas guru yang mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman, terumata perkembangan digital, menjadi ujung tombak untuk memastikan siswa mendapat pembelajaran yang relevan dengan masa depan. Kekuatan indonesia di masa depan sangat didasari oleh guru-guru yang mampu beradaptasi dengan kondisi saat ini.
Namun kenyataan di lapangan sering terjadi kesenjangan (gap) antara tuntutan era digital dengan metode pembelajaran guru yang masih konvensional. Metode ceramah yang monoton seringkali gagal memotivasi generasi digital native yang menuntut interaksi yang cepat. Teknologi yang sering dijadikan ancaman, hendaknya juga dapat digunakan sebagai katalisator yang dapat menjembatani kesenjangan ini.
Oleh karena itu perlu ada pergeseran makna pada guru dari guru konvensional menjadi guru digital. Perubahan paradigma ini (Konvensional ke Digital) haru disadari bersama oleh semua guru. Guru harus adaptif dan transformatif untuk memimpin perubahan zaman. Selain mampu menggunakan teknologi dalam pembelajaran, guru juga harus mampu meningkatkan literasi digitalnya, kemampuan teknis ( penggunaan tools) juga harus diimbangi dengan kemampuan pedagogik guru, yakni mengetahui kapan dan mengapa tools itu harus digunakan. Selain itu, guru juga harus mampu memunculkan keterampilan 4C pada siswa dari skenario pembelajaran yang sudah disusun dan terintegrasi dengan pembelajaran modern. Selain itu juga, guru juga harus mampu memanfaatkan LMS yang ada, mengoperasikan aplikasi yang sudah tersedia (quizizz, kahoot, canva dan sebagainya) agar pembelajaran lebih menarik dan siswa tidak merasa bosan ketika belajar.

Dengan pesatnya kemajuan teknologi dan perkembangan industri yang semakin cepat, pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi juga membuat siswa lebih kreatif, guru bisa saja tidak hanya memberikan pembelajaran, tapi juga dapat memberikan tugas kepada siswa untuk membuat konten pembelajaran, misalnya siswa diberikan tugas untuk membuat podcast, membuat desain infografis atau membuat video pembelajaran. Dengan hal ini tentu saja siswa akan terbiasa mandiri dalam kegiatan pembelajaran. Tentu saja, ada batasan-batasan yang disetujui bersama antara guru dan siswa terkait tugas yang harus dikerjakan. Kemajuan teknologi juga dapat dimanfaatkan oleh guru untuk melaksanakan pembelajaran secara daring, siswa dapat belajar di mana saja, dan guru dapat mengajar dimanapun berada. Hal ini tentu saja dapat membantu siswa yang mengalami kendala secara geografis.
Dengan pembelajaran yang memanfaatkan teknologi, siswa juga dapat melakukan kegiatan praktikum virtual yang interaktif, misalnya menggunakan phet.colorado. Tapi perlu dipahami bersama, bahwa kegiatan praktikum virtual ini dapat dilaksanakan jika memang alat dan bahan yang tersedia belum mencukupi, atau karena alat yang dibutuhkan harganya mahal, karena praktikum yang ideal dilkasnakan di Lab dan siswa melihat, memegang dan mencium alat yang digunakan.
Sebagai penutup, perkembangan teknologi dan informasi yang semakin cepat, tentu berdampak pada informasi yang cepat sampai ke telinga kita, maupun ke siswa, untuk itu, guru di era digital juga harus dapat mengajari siswa untuk memilah dan memilih berita yang benar ataupun yang hoax.
Transformasi pendidikan bukanlah sekadar mengadopsi perangkat keras baru, melainkan tentang transformasi peran strategis guru itu sendiri. Melalui implementasi teknologi yang terencana, Guru Digital terbukti mampu menggeser pembelajaran dari model satu arah yang pasif menuju Pembelajaran Optimal yang personal, interaktif, dan berorientasi pada penciptaan. Keterampilan yang diasah melalui simulasi digital, proyek kolaboratif, dan pemikiran kritis dalam ekosistem digital adalah fondasi nyata yang sedang kita bangun untuk melahirkan Generasi Emas Indonesia—generasi yang tidak hanya mahir teknologi, tetapi juga berkarakter dan siap menghadapi kompleksitas global. Singkatnya, GTK Hebat adalah arsitek digital yang merancang masa depan Indonesia Kuat.
