Dalam semangat memperingati Hari Sumpah Pemuda, kita mengapresiasi perjuangan dan pencapaian generasi muda dalam bidang ilmu pengetahuan dan keagamaan. Salah satu cerita inspiratif berasal dari Rafa Khafi Syandano, seorang alumni SD Al Muslim yang kini meraih prestasi cemerlang di salah satu institusi pendidikan terkemuka di Indonesia, MAN Insan Cendekia (IC) Serpong. Tidak hanya sekadar diterima di sekolah yang menjadi incaran ratusan siswa dari seluruh penjuru negeri, Rafa telah menyelesaikan hafalan 30 Juz Al-Qur’an pada usia 14 tahun. Prestasi ini bukanlah kebetulan, melainkan hasil dari fondasi yang kuat yang telah ditanamkan sejak dini, terutama saat ia belajar di Yayasan Al Muslim.
Perjalanan spiritual Rafa dimulai ketika ia memasuki SD Al Muslim pada tahun 2015. Salah satu momen paling berkesan baginya adalah ketika ia baru masuk Kelas 1, di mana ia langsung diajak untuk mengikuti Halaqah Tilawati kakak kelas yang sedang mempelajari Tilawati 3, melompati tahap awal yang biasanya dilalui teman-temannya. Sejak saat itu, kemajuan belajarnya sangat cepat; ia dengan cepat menyelesaikan setiap jilid Tilawati, hingga saat Kelas 3 SD ia sudah memasuki tahap Al-Qur’an. Ia masih ingat betul saat membeli Al-Qur’an, buku tajwid, dan buku gharib di sekolah, yang bahkan membuat gurunya terkejut.
Puncak kebahagiaan dan semangatnya di SD terjadi saat ia diumumkan masuk ke Kelas Takhassus untuk menghafal Al-Qur’an setiap pagi. Rafa merasa bahwa SD Al Muslim adalah lembaga pertama yang menumbuhkan semangatnya untuk menghafal Al-Qur’an setiap hari. Semangat ini terus membara berkat dorongan yang tak henti-hentinya dari keluarga dan guru-guru tahfizh di Al Muslim, seperti Bu Iroh, Bu Uli, Bu Lili, dan Pak Lathif. Dukungan tulus ini membuatnya merasa bahwa apa yang ia lakukan membahagiakan dirinya sendiri dan orang lain, dan adanya kepuasan pribadi saat berhasil menghafal ayat demi ayat membuatnya terus termotivasi.
Ketika Rafa duduk di kelas 2 SMP, orang tuanya mulai membahas kelanjutan sekolahnya. Ide awalnya datang dari ibunda Rafa yang melihat MAN IC Serpong sebagai salah satu sekolah SMA terbaik di Indonesia. Pertimbangan utama orang tua Rafa adalah agama, khususnya menjaga hafalan Al-Qur’an Rafa. Selain itu, MAN IC dikenal sebagai sekolah yang unggul secara akademik maupun ilmu agama, dan menerapkan sistem boarding agar pergaulan lebih terjaga. Setelah melalui diskusi yang cukup panjang dan mempertimbangkan beberapa pilihan, Rafa setuju untuk mengikuti tes. Ia pun mengikuti semua prosedur tesnya, bersaing dengan ratusan calon siswa, dan Alhamdulillah, Rafa lolos di MAN IC Serpong dan MAN 4 Jakarta. Ia kemudian memilih MAN IC Serpong untuk melanjutkan studinya, sebuah keputusan yang membawa tantangan dan kedewasaan baru.
Sekolah ini sering menempati posisi teratas dalam daftar sekolah terbaik di Indonesia, menjadikannya medan tempur bagi siswa-siswi cerdas dari Sabang sampai Merauke. Proses seleksi untuk masuk ke sekolah ini melibatkan tes yang menguji kemampuan akademik dan potensi, yang menuntut persiapan matang dan mental baja. Orang tua Rafa, yang sangat strategis, melihat sekolah ini sebagai tempat yang ideal karena di MAN IC Serpong tetap ada setoran hafalan Al-Qur’an, yang memungkinkan Rafa untuk terus murajaah (mengulang) hafalannya.
Proses belajar berlangsung dari jam 7 pagi hingga jam 3 sore, kemudian dilanjutkan dengan belajar mandiri hingga malam hari sampai jam 10. Tingkat kesulitan materi dan soalnya di atas rata-rata, ditambah dengan kegiatan pembelajaran yang lebih banyak presentasi, menuntut siswa untuk memahami materi sendiri dengan sedikit penjelasan dari guru. Tekanan ini semakin memuncak saat Rafa menginjak Kelas 11. Selain beban akademik yang meningkat, ia juga menjabat sebagai Kepala Bidang 1 di OSIS MAN IC, yang mengharuskannya menuntaskan banyak pekerjaan OSIS dan terlibat dalam kepanitiaan event sekolah. Di tengah rasa tertekan dan keinginan untuk menyerah, kebiasaan yang dibangun sejak SD Al Muslim terbukti menjadi “senjata rahasia” dan penolong utama. Rafa mengakui, “Hafalan Al Qur’an sangat membantu saya, karena setiap saya mengingat, melantunkan, atau membaca Al Qur’an saya dapat merasa tenang kembali”. Membaca Al-Qur’an menjadi pelariannya saat bingung atau tertekan, yang darinya ia mendapatkan ketenangan untuk menyelesaikan satu demi satu tantangan di hadapannya.
Tidak hanya unggul dalam urusan spiritual dan organisasi, Rafa juga membuktikan ketangguhan akademiknya. Di angkatannya, terdapat sekitar 133 siswa yang tersebar dalam kelas-kelas kecil berisi 17 hingga 22 siswa. Persaingan di lingkungan ini sangatlah sengit, di mana setiap siswa adalah bibit unggul terpilih. Namun, berkat ketenangan spiritual dan disiplin waktu yang ia miliki, pada kenaikan kelas kemarin, Rafa berhasil meraih ranking paralel 2 seangkatan. Ini adalah capaian fantastis yang menunjukkan bahwa fondasi Al-Qur’an yang ia bawa dari Al Muslim bukan hanya menyejukkan jiwa, tetapi juga mempertajam kecerdasan berpikir dan daya serap ilmu pengetahuan.
Kebiasaan membaca Al-Qur’an setiap hari yang dibangun sejak SD, ditambah dengan nasihat untuk selalu berbuat baik kepada orang lain, entah bagaimana caranya, menolongnya meraih kesuksesan. Rafa bukanlah tipe siswa yang harus belajar terus-menerus hingga larut untuk menguasai materi, namun ia merasa mudah memahami materi-materi yang disampaikan tanpa harus berusaha sekeras itu. Ia percaya bahwa terkadang ada “jalur langit” yang dibuka selain jalur ikhtiar biasa.
Keyakinan ini tercermin dari pilihan hidupnya. Ia secara tegas memilih hafalan Al-Qur’an lebih berharga dibandingkan dengan ilmu umum. Bagi Rafa, Al-Qur’an adalah pokok utama sebelum ia menuntut ilmu, dan dengan terus menerus berusaha menjaga hafalannya, ilmu umum pun akan ikut masuk dan mudah dipahami olehnya. Pandangan ini membuktikan keberhasilan visi Yayasan Al Muslim dalam menanamkan prioritas spiritual. Orang tua Rafa sendiri tidak khawatir hafalan akan mengganggu akademiknya, justru berpandangan bahwa kebiasaan menghafal Al-Qur’an membantu Rafa di pelajaran akademik yang membutuhkan daya hafal.
Kini, Rafa tengah mencari karir di bidang kesehatan, antara Kedokteran atau Psikologi, dengan tujuan utama agar bisa bermanfaat bagi orang banyak. Ia bercita-cita berkarir di bidang tersebut, didasari keinginan untuk membantu orang lain sebagaimana ia selalu diingatkan untuk berbuat kebaikan. Ia adalah contoh nyata seorang pemuda yang mampu menyeimbangkan tuntutan akademik yang tinggi dengan panggilan spiritual yang mendalam. Kecerdasan intelektual (IQ) yang ia miliki diperkuat oleh kecerdasan spiritual (SQ) yang dibentuk sejak dini.
Kisah Rafa Khafi Syandano ini menjadi bukti nyata kesuksesan visi Yayasan Al Muslim. Fondasi Tilawati, Tahfizh, dan pendidikan karakter yang ditanamkan oleh guru-guru di SD Al Muslim telah menghasilkan pribadi yang dewasa sejak dini, yang bahkan sejak Kelas 3 SD sudah terlihat lebih dewasa dibanding teman sebayanya. Kemampuan Rafa dalam membagi waktu antara tugas sekolah, kepengurusan OSIS, dan kegiatan kepanitiaan di MAN IC menuntut kedewasaan berpikir dan memilih skala prioritas, yang merupakan buah dari pembiasaan disiplin sejak kecil.
Rafa adalah simbol pemuda yang memegang teguh ikrar suci Sumpah Pemuda: berjuang, berprestasi, dan bersatu dalam nilai-nilai luhur. Orang tua Rafa menyampaikan rasa terima kasih yang amat dalam kepada seluruh guru di SD Al Muslim yang sudah membimbing anak-anak dengan penuh kesabaran dan keikhlasan, sehingga anak didiknya bisa seperti sekarang. Mereka berharap para guru dapat terus menebar kebaikan dan meletakkan dasar pendidikan agama yang baik. Melalui prestasi Rafa, yang mampu menaklukkan seleksi ketat MAN IC, meraih ranking paralel 2, dan mencapai target 30 juz di usia muda, SD Al Muslim khususnya dan Yayasan Al Muslim telah berhasil membawa nama baiknya di panggung pendidikan nasional. Kisah Rafa menegaskan bahwa investasi terbaik adalah pada karakter dan ruh Al-Qur’an, yang menjadi kunci pembuka “jalur langit” menuju kesuksesan dunia dan akhirat.
masyaAllah Rafa sehat dan sukses selalu ya nak .. istiqomah menjadi insan terbaik