Persahabatan yang benar-benar tulus tidak hanya ditentukan oleh seberapa lama dua orang saling mengenal, tetapi lebih pada bagaimana mereka tumbuh bersama, saling mendukung, dan selalu berusaha memberi hal baik dalam setiap langkah hidup mereka. Itulah kisah dua sahabat, Sabhi dan Fauzan, lulusan SD dan SMP Al Muslim, yang menjadikan masa kecil mereka bukan hanya kenangan, tetapi juga dasar yang kuat untuk menjadi pemuda tangguh yang bisa memberi manfaat bagi masyarakat.

Persahabatan mereka mulai tumbuh di bangku SD Al Muslim, tepatnya pada tahun Ajaran 2009-2010 dan lulus padan Tahun Ajaran 2014 – 2015. Saat di jenjang sekolah dasar Sabhi dikenal sebagai anak yang tenang, sabar, dan bijak, sedangkan Fauzan berbeda — ceria, komunikatif, penuh semangat, dan selalu punya banyak ide.

Meski memiliki karakter yang berbeda, keduanya justru menjalin persahabatan yang sangat dekat dan saling melengkapi, sampai saat ini.

Sabhi yang pendiam sering kali menjadi pendengar setia saat Fauzan bercerita atau membagikan ide-idenya yang seolah tak pernah habis.

Pernah suatu hari, Fauzan bersemangat mengajak Sabhi mencoba hal-hal baru,  ia mengajak Sabhi berjualan binder kepada teman-temannya tanpa sepengetahuan guru. Tapi Sabhi hanya tertawa mendengar ide Fauzan, sambil beberapa kali menimpali perkataan Fauzan.  Fauzan bercerita, ketika itu ia pernah mendapat keuntungan kurang lebih 200k dalam sehari.

Guru-guru mengenal mereka sebagai “paket kombo” — satu yang berpikir dengan diam, satu yang bertindak dengan percaya diri. Keduanya menunjukkan bahwa keberhasilan bukan tentang siapa yang paling terlihat, melainkan tentang bagaimana mereka saling melengkapi kelemahan masing-masing.

Perjalanan berlanjut di SMP Al Muslim, masih dalam lingkungan yang sama. Mereka melalui dengan hari-hari ceria penuh pengalaman. Pada usia-usia ini mereka bercerita tentang kekonyolan mereka. mereka menyebut dengan zaman jahiliyah, karena ketika itu mereka mengendarai motor tanpa menggunakan helm dan tidak memanfaatkan fitur lampu sen kiri-kanan, sehingga dapat dibayangkan kondisi bahaya apa yang mereka hadapi saat itu. Alhamdulillah, Allah masih menjaga mereka dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Saat lulus SMP, jalan keduanya mulai terpisah. Sabhi melanjutkan ke pesantren Ibad Arrahman di Pandeglang, sementara Fauzan melanjutkan ke pesantren Al Bayan di Anyer. Meski berbeda tempat menimba ilmu, komunikasi mereka tidak putus. Dunia digital menjadi jembatan untuk berkomunikasi dan saling menyemangati.

Ketika masa kuliah tiba, keduanya kembali menempuh jalan masing-masing. Sabhi diterima Universitas Telkom di bidang desain komunikasi visual, sedangkan Fauzan kuliah di Universitas Diponegoro Semarang pada bidang Kesehatan Masyarakat.

Di kampusnya, Sabhi dikenal sebagai mahasiswa yang cerdas, tenang, dan rendah hati. Ia sering terlibat dalam pameran karya mahasiswa,  dan menjadi mentor bagi mahasiswa baru. Dari hal itu Sabhi banyak belajar tentang membangun sebuah relasi. Sementara itu, Fauzan yang aktif berbicara dan berorganisasi, menjadi sosok yang inspiratif. Ia sering dipanggil sebagai moderator dan pembicara muda dalam berbagai acara kampus dan di masyarakat.

Yang menarik, Fauzan selalu menyebut nama teman dekatnya, Sabhi, dalam berbagai kesempatan. “Saya belajar ketenangan dan kedewasaan dari sahabat saya, Sabhi. Kalau saya berani bicara di depan banyak orang, itu karena dulu dia selalu mau mendengarkan,” ujarnya dalam sebuah forum.

Sabhi menyelesaikan tugas akhirnya dengan melibatkan adik-adik SD sebagai koresponden. Ketika Sabhi berkomunikasi dengan adik-adik SD, sesungguhnya adalah sebuah motivasi bagi adik-adik untuk terus semangat belajar, kelas akan mengalami proses yang sedang dijalani oleh Sabhi. Merupakan sebuah kebanggaan juga bagi sekolah, karena dapat bermanfaat bagi muridnya untuk menyelesaikan tugas akhir sebagai mahasiswa. Alhamdulillah saat ini Sabhi telah lulus dari Universitas Telkom.

Ketika proses penyelesaian tugas akhir, Fauzan pun selalu menyemangati Sabhi dengan mengentarkannya ke SD dan bertemu dengan adik-adik serta guru-guru tercinta.

Alhamdulillah, Fauzan pun sudah lulus dari UNDIP Semarang. Dengan keterampilan komunikasi yang luar biasa, ia sempat menjadi tenaga ahli anggota DPR komisi IX. Pada Kementrian Sosial – bagian direktorat Pemberdayaan Masyarakat, serta aktif di masyarakat memberikan penyuluhan-penyuluhan tentang kesehatan.

Keduanya sepakat bahwa nilai-nilai yang mereka pelajari di Al Muslim seperti disiplin, kerja sama, dan keikhlasan berbuat baik, menjadi dasar kuat dalam perjalanan hidup mereka. Sekolah bukan hanya tempat belajar, tetapi juga tempat membentuk karakter dan semangat berjuang.

Sekarang, Sabhi sedang terus belajar desain komuninasi dengan berbasis pendidikan, sedangkan Fauzan aktif di bidang sosial dan komunikasi masyarakat.

Meskipun berada di bidang yang berbeda, keduanya memiliki satu tujuan yang sama: membangun Indonesia yang lebih baik melalui karya dan inspirasi.

Ketika ditanya tentang rahasia kesuksesan mereka, keduanya sepakat menjawab,

“Sahabat yang baik seperti cermin. Ia membuat kita melihat potensi diri yang sering kali tidak kita sadari.”

Kisah Sabhi dan Fauzan ini  adalah bukti nyata bahwa pemuda hebat tidak lahir dari kesempurnaan, melainkan dari proses dan saling mendukung

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *