Oleh: Hartini Yuningsih, S. Pd

Cerita ini berawal saat peralihan aku mengajar dari kelas 1 SD lalu diamanatkan untuk menjadi walikelas 3. Bagiku terasa istimewa ketika mendengar pengelompokkan formasi walikelas, betapa tidak! icon kelas 1 selalu melekat dari awal aku bergabung di lembaga pendidikan ini. Yah, memang aku berlatar belakang Pendidikan Anak Usia Dini dan selalu mendominasi di kelas 1 dari tahun 2001.

Aku terima dengan lapang formasi kali ini, aku keluar dari zona peralihan anak TK menuju SD. Belajar untuk lebih fokus mengetahui perkembangan diusia yang ada di levelku sekarang ini. Saat sosialisasi program bersama para orangtua kami menyampaikan secara definisi dan prakteknya apa saja akan dilakukan setahun kedepan. Aku secara kurang lebih  mengenalinya anak anak yang sekarang , karena sebelumnya pernah bertemu di kelas 1. Namun tidak dengan satu anak yang pindahan dari sekolah lain.

Anak Mutasi butuh penyesuaian lingkungan di sekolah maupun di kelas barunya, Pertama masuk di kelas, saya merasakan anak ini selalu mencuri perhatian dengan tindakan atau perilaku diluar dugaan semisal bertingkah tiba-tiba sakit, terdorong teman tanpa sengaja namun reaksinya berlebihan, memberikan kesaksian yang tidak sesuai, dan masih ada yang lainnya.  Melalui riwayat mutasi, menurut keterangan yang didapat, anak ini mendapatkan perlakuan tindakan bully dari lingkungan sekolah yang sebelumnya. Dengan informasi yang didapat sebagai walikelasnya saya berupaya semaksimal mungkin memberikan kenyamanan di sekolah barunya.

Dengan penuh kasih sayang, dan harapan doa setiap hari kami membuat komitmen belajar dan bermain bersama-sama tanpa saling menyakiti satu sama lain.

Balik lagi ke cerita anak mutasi ini, suatu ketika saya mendapatkan laporan darinya bahwa bukunya di corat-coret dan menjelekkan dengan kata-kata kasar, dibawahnya tertanda ada nama lain. Saat sidak semua menyangkal itu bukan tulisannya, namun ada beberapa anak yang menyatakan bahwa itu adalah tulisan si X. Tentu saja yang diduga menyangkal keras.bahkan menyanggah “mana mungkin aku ngejelek-jelekkin di buku sendiri”.  Baik, jika  tidak  ada mengakui di dalam kelas ini. Bu Tini tunggu di ruang BK untuk bicara jujur dan buguru pastikan rahasia ini tidak  akan diketahui oraglain. Karena saat itu sudah pelajaran lain, guru bidang study lainpun datang. Aku keluar kelas menuju ruang BK di lantai 1 berharap ada siswaku yang berani untuk berjiwa besar mengakui kesalahan yang terjadi di kelas tadi. Kurun waktu tidak sampai 15 menittan anak tersebut turun mencari aku yang sebelumnya aku mendapat informasi dari guru lain bahwa bu Tini dicariin oleh dia. Alhamdulillah muridku ini mengakuiinya dengan jujur, dan berjanji tidak mengulanginya lagi.

Hari berikutnya saya mendapatkan informasi dari kakak kelas 5 mendapatkan uang yang diberikan anakku yang mutasi itu. Namun pengakuannya bukan memberikan tapi cuma dititipkan dari kakak kelas lain. Saya menelusuri kakak kelas mana yang dimaksud, kalaupun tidak tahu nama jelasnya mungkin dengan ciri-ciri dari fisik kakak kelas, ternyata sulit dibuktikan apalagi kondisi terjadi saat membaur bersama di Aula. Akhirnya saya memutuskan untuk menghubungi orangtuanya apakah untuk hari ini dibawakan uang atau tidak, dan menjelaskan secara rinci perlakuannya di sekolah. Saya tahu anak ini selalu mencari perhatian, disisi lain anakku ini sudah terlatih dalam berbahas Inggris karena memang mengikuri les di lembaga Bimbingan belajar Bahasa Inggris. Terbukti saat percakapan terlihat percaya diri. Hanya saja dari segi sikap butuh perhatian husus. Beruntungnya saya memiliki mitra orangtua yang sangat kooperatif, siap diajak diskusi dan saling menerima masukan, saran maupun kritik. Setiap masalah yang ada selalu dikomunikasikan dan mencoba mencari solusi terbaik. Ini yang membuat orangtua tersebut merasa beda dengan sekolah sebelumnya yaitu tidak adanya interaksi atau pertemuan terhadap orangtua maupun guru.

Hari berganti hari dan berlanjut bulan, drama anak mutasi makin perlahan berubah tidak ada lagi cerita negatif. Di penghujung tahun tutup ajaran, terlihat anak mutasi merasakan sedih kehilangan saya sebagai sosok walikelasnya. Dengan penuh kelembutan saya bilang, jadilah anak yang baik ya nak, dimanapun kamu berada dan bersama siapapun walikelasnya. Tak terasa anak ini bisa menangis histeris,  ternyata hatinya lembut. Peka apa yang didengar. Saya yakin anak didikku menjadi anak yang membanggakan. MasyaAllah ketika melihatnya dan bertemu, anakku ini terlihat manis dan insyaAllah makin baik ya nak.

Dari ceritaku ini, memotivasiku bahwa semua anak memiliki kebaikan didalamnya. Semoga kita sebagai pendidik senantiasa selalu diberikan kesabaran, keikhlasan dalam mengemban amanah yang diberikan dari Allah Subhanahu Wata’ala

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *