Kemitraan memberikan sumber daya lebih dan ide baru dari berbagai pihak, membuat pemahaman materi menjadi lebih kaya dan komprehensif (mendalam).

Pendekatan Pembelajaran Mendalam mungkin sudah tidak asing bagi guru, namun bagaimana pendekatan ini bermakna? Di era disrupsi ini, guru harus menyadari bahwa peran guru tidak lagi sekadar mentransfer ilmu, tetapi menuntut kolaborasi yang lebih dalam untuk menghadapi kompleksitas zaman.

Perubahan yang masif menuntut sistem pendidikan bertransformasi dari sekadar mengejar nilai menjadi fokus pada kualitas pemahaman. Oleh karena itu, tujuan utama pendidikan saat ini adalah mendorong murid menuju pembelajaran mendalam (deep learning), yaitu kemampuan untuk menguasai konten inti, memecahkan masalah yang kompleks, berkolaborasi secara efektif, dan menjadi pembelajar seumur hidup. Maka dari itu, pendekatannya bernama Pembelajaran Mendalam. Bukan sekadar nama agar tertulis perubahan dalam RPP, namun perubahan ini mengharapkan murid kelak memahami apa yang mereka pelajari dari permukaan hingga terasa manfaatnya dalam kehidupan mereka. Ambisi ini mustahil tercapai jika guru bekerja sendirian. Sudah saatnya kita mengakui bahwa tanggung jawab menciptakan pemahaman yang mendalam ini bukan hanya di pundak satu pihak.

Kegiatan Homestay yang Dilakukan SMA Al Muslim merupakan salah satu wujud kemitraan yang nampak dan terasa bagi murid

Pembelajaran Mendalam membutuhkan ekosistem yang solid, di mana kurikulum, metode ajar, dan lingkungan belajar saling mendukung. Di sinilah sinergi dan kemitraan menjadi sangat penting. Mengambil inspirasi dari semangat Hari Guru Nasional yang menekankan pentingnya guru sebagai agen transformasi, artikel ini berargumen bahwa kunci untuk benar-benar memperdalam pemahaman murid terletak pada penguatan kemitraan segitiga yang harmonis: antara guru, sekolah, dan masyarakat (termasuk orang tua). Kemitraan ini bukan lagi pilihan, melainkan keharusan untuk memastikan setiap murid dapat mengaplikasikan pengetahuannya dan siap menghadapi masa depan yang terus berubah.

Kemitraan adalah sebuah hubungan kerja sama formal antara dua pihak atau lebih yang didasari oleh komitmen bersama untuk mencapai suatu tujuan yang sama. Konsep utamanya melampaui sekadar bekerja bersama (gotong royong), tetapi melibatkan struktur yang lebih terencana dan memiliki implikasi yang saling mengikat. Mengusung kemitraan dalam pembelajaran sama saja artinya dengan berupaya memperdalam materi pelajaran yang kontekstual atau benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata.

Agar kemitraan dapat berjalan efektif dan berkelanjutan, terdapat tiga prinsip penting yang harus diperhatikan:

  1. Saling Memerlukan (Need): Adanya kesadaran bahwa keahlian atau sumber daya satu pihak tidak mencukupi untuk mencapai tujuan sehingga membutuhkan pihak lain.
  2. Saling Memperkuat (Support): Kemitraan harus mampu meningkatkan kapasitas dan kompetensi masing-masing pihak. Dalam konteks pendidikan, Guru diperkuat oleh dukungan Sekolah dan Masyarakat.
  3. Saling Menguntungkan (Benefit): Manfaat yang diperoleh tidak hanya sepihak, tetapi dibagi secara adil, sesuai peran dan kontribusi masing-masing.

Kemitraan mengacu pada hubungan Tri Sentra Pendidikan: antarguru, sekolah, dan masyarakat. Guru sebagai profesional yang memimpin proses belajar-mengajar. Sekolah sebagai organisasi yang memfasilitasi dan mengelola lingkungan belajar, dan masyarakat sebagai lingkungan pertama dan utama tempat anak belajar karakter dan nilai.

Contoh kemitraan menyangkut tri sentra pendidikan yang dapat dilakukan sekolah Al Muslim misalnya:

  1. Membuat proyek “Pengelolaan Sampah Lokal”, yang membutuhkan riset dan praktik lapangan. Murid dengan bimbingan guru dapat bekerja sama dengan masyarakat untuk memecahkan masalah penumpukan sampah domestik.
  2. Setelah riset dan rencana dilakukan, guru dapat mengundang narasumber dari Dinas Lingkungan Hidup atau tokoh masyarakat setempat, yang dapat membantu memberikan langkah kegiatan penelitian murid.
  3. Masyarakat sebagai mitra sekaligus mentor dapat membantu murid menjalankan proyeknya. Pengusaha daur ulang lokal dari lapiran masyarakat dapat menjadi mentor saat pelaksanaan. Komite sekolah dapat menjadi audiens saat presentasi solusi masalah yang dilakukan murid.

Proyek Pengelolaan Sampah Lokal yang dirancang murid menjadi salah satu contoh kemitraan yang dapat memperdalam pemahaman murid, sekaligus menjadikan murid bagian dari solusi pengelolaan sampah yang ada di masyarakat sekitar. Nah, masih banyak ide kemitraan lain yang dapat digali oleh guru-guru. Pastikan bekerja sama dalam lingkaran Tri Sentra Pendidikan ditujukan untuk menambah pemahaman murid sehingga semua kegiatan ya dilakukan oleh murid. Guru, orang tua, dan masyarakat dapat berperan sebagai support system yang kompak, saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *