“Inovasi tidak hanya diartikan sebagai perubahan besar, tetapi bisa didefinisikan dari perubahan sederhana yang tumbuh dari kesadaran.”
Sebagai guru bahasa Indonesia, sering kali menemukan anggapan bahwa pelajaran kami terlalu mudah, sering diabaikan, dan tak jarang disepelekan. Padahal kedudukan dan peran pelajaran bahasa Indonesia dapat memengaruhi hal yang jauh besar. Kedudukan Bahasa Indonesia sendiri diatur dalam dokumen kenegaraan. Hal ini menjadi bukti pentingnya bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, bahasa negara, sekaligus bahasa persatuan.
Seiring berjalannya waktu, tantangan pun semakin bertambah. Bahasa Indonesia yang dianggap memengaruhi citra bangsa semakin dipertaruhkan. Tugas guru Bahasa Indonesia yang semula sekadar menuanrumahkan Bahasa Indonesia, sekarang harus bekarja lebih ekstra. Tak jarang kami menemui siswa yang sulit memahami teks yang panjang, bingung mengekspresikan pendapat, dan engga mencoba menulis karena takut salah. Dari hal-hal inilah, rasa penasaran mencuat. Apa yang terjadi? Apakah cara mengajar yang membosankan atau memang minat dan semangat belajar yang rendah?
Saya memulai dari hal sederhana: mengubah cara mengajar puisi. Pada materi ini siswa akan belajar menahami isi puisi, megidentifikasi strutkur lahir dan batin puisi, hingga pada akhirnya mereka dapat menulis puisi. Biasanya, saya hanya meminta siswa membaca dan menjawab pertanyaan seputar puisi yang disediakan. Kali ini, saya mencoba model pembelajaran Gallery Walk. Siswa bersama kelompok diminta mendiskusikan struktur lahir dan batin puisi, kemudian kelompok lain akan berkeliling dan memberikan umpan balik. Hasilnya pembelajaran menjadi hidup, diskusi berjalan natural, dan siswa lebih antusias memahami unsur lahir dan batin.
Perubahan kecil ini, tapi dampaknya terlihat nyata. Siswa yang sebelumnya pasif dan malu mengungkapkan pendapatnnya jadi mulai berani berkomentar. Mereka merasa hasil pemikiran mereka dihargai karena dipajang dan dibahas bersama. Saya menyadari, perubahan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia tidak selalu dalam bentuk model atau metode yang kompleks, tetapi bisa dengan modifikasi Langkah pembelajaran. Memberikan ruang untuk berekspresi dan berkolaborasi dapat meningkatkan keaktifan siswa.
Ide sederhana lain muncul dari keluhan sehari-hari di kelas. Misalkan, siswa merasa tidak percaya diri untuk menulis teks tertentu (teks deskripsi, prosedur, berita, dan lain-lain). Dari kegelisahan kecil ini, saya berupaya mencari solusi nyata. Saya mencoba menggunakan Samsung Notes sebagai media menulis. Alih-alih menulis di buku, dengan menulis digital, siswa dapat menambahkan gambar dan menggunakan warna pilihan mereka. Hasilnya, tulisan mereka menjadi lebih menarik, dan mereka lebih bangga menampilkan tulisan masing-masing.
Kendala lain muncul, yaitu siswa sulit menemukan gagasan utama atau siswa kesulitan mengartikan kosakata tertentu. Biasanya saya hanya akan berfokus pada teks panjang di lembar kerja siswa. Namun, saya perlahan mencoba memindahkan teks panjang tersebut ke aplikasi berbasis permainan. Saya juga mencoba mengeksplorasi googleform untuk dapat digunakan menjadi pembelajaran berbasis permainan. Hasilnya, siswa menjadi lebih antusias dan minat belajar berangsur-angsur meningkat.
Upaya meningkatkan pembelajaran ini merupakan salah satu tindakan nyata untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitan. Ketika setiap guru melakukan perubahan-perubahan kecil di kelas, mencoba strategi yang berbeda, mengamati hasil, dan berbagi praktik baik, maka sesungguhnya ia sedang membangun fondasi kemajuan bangsa.
Guru Bahasa Indonesia mengambil peran dalam hal ini. Melalui pembiasaan literasi, kita menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, kreatifitas, komunikasi, serta kolaborasi. Setiap tulisan siswa yang lahir dari bimbingan guru merupakan sumbangan kecil bagi masa depan Indonesia yang lebih literat dan beradab.
Melalui peringatan Hari Guru, kita dapat merefleksi diri sebagai pendidik bahwa inovasi tidak hanya berbicara hal yang besar, tapi perubahan kecil akan membawa ke dampak yang lebih besar.

